image
image

Arti Kemenangan yang Sesungguhnya


Posted : | 2016/09/01

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7gQYapTnMMy09PdQTdLaCYfnFcmHrw1WKjNRthSpgfBb8RWeYzEek4nvnt-Ng0uVGnSCoUluIYTKePA1AMFr2O1IrklGyp1ANfzs7Ls6jBZ8mrDIXbS3CQbYnnw1Zfy6zLK5QD4b6txol/s1600/Win.jpg
syiarmano.blogspot.com

Terlihat sebuah konter megah dipenuhi oleh pembeli yang sedang memilih barang yang akan dibelinya. Mereka terlihat asik dengan kesibukannya.
Seorang pemuda masuk ke konter itu dengan santai. Dia langsung menuju ke estalase kartu perdana. Sorotan matanya menyapu satu persatu perdana yang ada dihadapannya. Sepertinya dia mulai kebingungan. Dia tidak menemukan apa yang dia cari.

"Mbak. Ada perdana internet biasa saya beli ndak?" Tanya pemuda itu.

"Wah sepertinya sudah habis mas, mungkin mas beli perdana yang lain saja." Jawab pelayan konter.

Pemuda itu hanya diam dan berfikir. "Kuota internet / kuota sms?" Dia bertanya dalam hatinya. Menimbang-nimbang antara pengeluaran dengan apa yang akan didapatkan nantinya.

"Kuota internet lebih mahal. Paling buat sosmedan. Kalo ada yang tanya lewat sms ngga bisa bales. Ditambah lagi kebutuhan yang lain masih banyak." Dia masih kebingungan

"Mbak kalo kuota sms?" Tanya pemuda itu lagi

Pelayan konter menjawab pertanyaan pemuda itu dengan gamblang dan dengan nada yang santai tanpa terkesan promosi.

Tatapan mata pemuda itu mulai berpindah ke estalase yang ada di sebelahnya. Disana dia melihat kartu perdana yang bukan khusus internet seperti yang ada di estalase pertama. Dia mulai memperhatikan satu persatu kartu perdana. Dia mencari nomor yang sekiranya mudah untuk diingat-ingat. Dia menimbang-nimbang antara nomor yang satu dengan nomor lainnya.

Suasana konter itu semakin ramai dengan banyaknya pembeli yang keluar masuk toko. Tertaksir sekitar 30 orang yang ada di konter itu. Ditambah jumlah pelayan yang tidak sedikit yaitu sekitar 10 orang.

"Ini, yang ini mbak. Yang belakangnya 59." tunjuk pemuda itu

Pelayan konter bergegas mencari kartu yang dimaksud.

"59..59..yang mana ya...59 kan mas?" Tanya pelayan konter.

"Iya yang ini mbak." Jari pemuda itu masih menunjuk kearah kartu yang dia maksud.

Pelayan konter masih belum menemukan dan dia terus mencari. Mungkin dia masih baru atau gugup dengan adanya pembeli yang terus berdatangan.

"Nah.. yang ini ya mas?" Pelayan itu memastikan sambil memperlihatkan ke pemuda itu.

"Iya mbak. Benar yang ini." Pemuda itu meyakinkannya.

"Ini sudah aktif mas. Tinggal pake."

"Isi paket sms mbak."

"Oh iya bentar."

Pelayan itu berjalan ke arah komputer, entah apa yang dia lakukan. Kemudian kembali ke arah pemuda itu, dan menyerahkan kartu perdananya.

"Ini mas. Sudah."

Pelayan itu memalingkan pandangan ke pembeli yang lain.

Pelayan yang lain datang.

"Ini mbak." Pemuda itu menunjukkan kartu yang dia beli dan menyerahkan sejumlah uang. Pelayan konter menerima uang dan pergi ke tempat penyimpanan uang.

"Wah pasti yang diitung cuma perdananya. Sedangkan paket smsnya ngga di itung. Yang dia tau kan cuma kartunya. Tadi yang ngasih kuota sms kan bukan dia, tapi mbak yang satunya itu hehe.. lumayanlah untung kuota sms." Gumam pemuda itu dalam hati. Dia melihat pelayan konter mengambil uang kembalian sejumlah pembayaran kartu perdana. Belum dikurangi paket sms.

Terdengar suara bisikan yang mengingatkannya. Entah darimana datangnya suara itu. Dia mengira suara itu berasal dari dalam hatinya.

"Ingat jujur. Ini adalah kesempatan kamu untuk menjadi orang yang aneh dan berbeda dengan yang lainnya. Orang yang jujur." Pelayan konter itu  berjalan ke arahnya.

Sebelum pelayan konter menyerahkan uang kembaliannya, pemuda itu langsung mengatakan.

"Mbak. Ini sama kuota sms."

"Oh" .

"Masih aja ada kesempatan untuk curang." Senyum pemuda itu dalam hati.

"Tadi sudah diisi mbak." Pemuda itu tersenyum.

Pelayan itu kembali ke tempat penyimpanan uang. Mengurangi sejumlah uang dan kembali menyerahkan uang kembaliannya ke pemuda itu.

"Pas ya."

"Ya"

Tanda mereka sudah sepakat.

Pemuda itu memutar badan dan keluar dari konter menuju ke tempat parkir dimana dia memarkir sepedanya sambil merogoh kunci yang ada disakunya.

"Ceklek" bunyi kunci dibuka.

Digayuhnya sepeda itu dan tersenyum bahagia dalam hati penuh dengan kemenangan.

Bukan karena apa-apa dia bahagia. Cukup sederhana baginya sebuah kebahagiaan. Dia bahagia karena dia mampu mengendalikan dirinya. Dia bahagia karena dia bisa mempertahankan kejujurannya. Dia bahagia dengan permainannya. Dia bahagia dengan keanehannya. Dia bahagia dengan dirinya sendiri.

Itulah arti kemenangan yang sesungguhnya..

~Much. Nasih Amin
CB