tag:blogger.com,1999:blog-15248564644395821962024-03-13T01:21:20.653-07:00Kata MotivasikuMotivasi itu PerasaanMuch. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comBlogger96125tag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-78192966192079094612023-03-01T09:31:00.005-08:002023-03-01T09:31:57.482-08:00Bangkit dan Hadapi Tantangan: Motivasi Menuju Pribadi yang Lebih Baik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Motivasi hidup" border="0" data-original-height="750" data-original-width="1280" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLOOuvMyCrpc63eMdufIi9OLCNKAyOLSsHawnY1TUzOreJa4XPBBwHJGbHAohdvI2QiBVd99A9PquGB8tKUwaJjZfzh865-5EcZP0A6YeXVbgs_L_NL5PKnDkNeLju9_zEHwAzhHBH9sGgtNV99Ysl33yuNgrU0yxTmCEmEWqw8wOg3HXur4gbED1Ldg/w320-h188/motivasi-dan-tantangan-hidup.jpg" title="Motivasi hidup" width="320" /></div><p style="text-align: left;">Terkadang dalam hidup, kita mengalami masa-masa sulit yang membuat kita merasa sedih, kecewa, bahkan putus asa. Namun, di saat seperti itu, penting untuk mengingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk bangkit kembali dan menghadapi tantangan hidup.</p><p style="text-align: left;">Kita harus ingat bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup. Tidak ada orang yang bisa melaju ke depan tanpa mengalami rintangan. Namun, rintangan yang kita hadapi tidak harus menghentikan kita. Sebaliknya, kita harus menggunakan pengalaman tersebut untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.</p><p style="text-align: left;">Ketika kita merasa sedih atau putus asa, kita perlu mengingat bahwa kekuatan sejati datang dari dalam diri kita sendiri. Kita memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan memperbaiki keadaan kita. Namun, hal ini membutuhkan tekad dan ketekunan yang kuat.</p><p style="text-align: left;">Kita juga perlu mengingat bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan bakat yang berbeda-beda. Kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain atau merasa rendah diri karena kekurangan yang kita miliki. Sebaliknya, kita harus fokus pada kelebihan yang kita miliki dan menggunakan kekuatan tersebut untuk mencapai tujuan kita.</p><p style="text-align: left;">Selain itu, penting untuk memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin kita capai dalam hidup. Kita harus memiliki tujuan yang jelas dan fokus pada perjalanan menuju tujuan tersebut. Meskipun perjalanan tersebut mungkin terlihat sulit, jika kita tetap fokus dan tekun, kita akan mencapai tujuan kita pada akhirnya.</p><p style="text-align: left;">Jangan lupa juga untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dalam hidup. Terkadang, kita terlalu fokus pada apa yang belum kita miliki sehingga kita lupa untuk bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan. Dengan bersyukur, kita akan menjadi lebih positif dan lebih mampu mengatasi tantangan hidup.</p><p style="text-align: left;">Terakhir, ingatlah bahwa hidup ini singkat dan berharga. Kita tidak tahu kapan akhir hidup kita akan tiba, oleh karena itu, kita harus membuat setiap hari berarti dan mencoba untuk memberikan dampak positif bagi orang lain.</p><p style="text-align: left;">Jadi, jangan pernah menyerah ketika menghadapi kesulitan hidup. Gunakan kekuatan dan kelebihan yang ada dalam diri kita untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Miliki visi yang jelas tentang apa yang ingin kita capai dan bersyukur atas apa yang sudah kita miliki dalam hidup. Ingatlah bahwa hidup ini singkat, jadi jangan sia-siakan waktu kita dan berikan dampak positif bagi orang lain.</p>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-88048265465691153782022-10-12T18:45:00.000-07:002022-10-12T18:55:12.815-07:00Jika Yakin, Lakukanlah. Meskipun Orang Lain Mencaci dan MemakiSetiap orang mempunyai rencana sendiri, satu dengan lainnya tentu akan berbeda. Si A mempunyai rencana ini dan Si B memiliki rencana itu. Terkadang satu sama lain bisa saling melengkapi, tetapi tak sedikit pula yang saling berseberangan. <div><br></div><div>Suatu rencana yang sudah dipikir secara matang eloknya segera diaktualisasikan karena semakin banyak berpikir semakin banyak pula keraguan. Semakin banyak masukan bisa semakin matang tetapi jika salah tempat curhatan bisa menjadi ancaman kehancuran dari sebuah harapan. </div><div><br></div><div>Suatu ketika saya mempunyai rencana usaha kecil-kecilan. Semua itu berawal dari ide-ide rancangan membuat step by step usaha dari a sampai z. Begitu rencana itu sudah matang, saya menawarkan kepada 3 orang teman (sebutlah si a si b dan si c) untuk mengumpulkan modal 100rb/ orang saja untuk memulai usaha itu. </div><div><br></div><div>Penawaran itu saya ajukan karena saya sangat yakin dalam waktu yang singkat akan membuahkan hasil, karena dalam percobaan saya menemukan sebuah peluang dan progress yang bagus. </div><div><br></div><div>Tapi tahukah Anda? Ternyata dari ke 3 teman saya itu tidak ada yang merespon dan acuh dengan penawaran tersebut. </div><div><br></div><div>Karena saya sudah mempunyai riset yang cukup, maka saya menjalankan usaha tersebut dengan tekun. </div><div><br></div><div>Selang beberapa bulan dari awal mulai usaha, yang sebelumnya saya mulai dengan tanpa modal, akhirnya terkumpul modal dan mulai menyetok barang sendiri. </div><div><br></div><div>Mereka yang melihat perkembangan itu hanya bisa angkat topi dan terheran-heran melihat kemajuan usaha saya. Di saat itu saya masih menawarkan penawaran yang sama. Tetapi mereka belum menunjukkan antusiasnya untuk ikut memulai usaha ini. </div><div><br></div><div>Setahun berjalan ternyata usaha saya semakin berkembang pesat tahun pertama di rumah saya sudah ramai orang berlalu lalang mengantarkan barang dan membeli barang. Si A yang melihat perkembangan itu semakin terpana, saya sudah tidak lagi menawarkan kerja sama seperti di awal, tetapi ruang belajar masih saya buka lebar-lebar. Si A mulai tergiur tetapi belum memperlihatkan keniatan untuk belajar, bahkan si b dan si c justru tidak ada lagi kabarnya karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.</div><div><br></div><div>Tahun kedua usaha saya semakin berkembang pesat, karena mendapatkan partner dalam usaha (sebutlah si D). Si D ini sangat semangat untuk belajar usaha dan pantang menyerah. Pada pertengahan tahun kedua ada teman lain (sebutlah si E) yang ingin belajar usaha, datang ke rumah saya dan berdiskusi tentang usaha yang akan dimulainya.</div><div><br></div><div>Pada dasarnya si E adalah orang yang tekun dan telaten dalam segala hal yang sedang ditekuni. </div><div><br></div><div>Pada akhir tahun kedua, usaha saya yang disokong partner dengan modal 20jt mendapatkan keuntungan ratusan juta dalam setahun. </div><div><br></div><div>Dan saya mendapat kabar, si E yang baru 6 bulan berjalan sudah mendapatkan laba bersih lebih dari 70jt.</div><div><br></div><div>Berbeda dengan si A, dia yang mengabaikan peluang hingga sampai saat tulisan ini dibuat hanya bisa melongo saat saya menceritakan hasil usaha saya selama setahun terakhir dan lebih melongo lagi mendengar kabar bahwa si E yang baru 6 bulan berjalan sudah mendapatkan hasil puluhan juta. </div><div><br></div><div>- Ada juga cerita menarik yang masih berkaitan dengan cerita ini. </div><div><br></div><div>3 tahun sebelumnya, saya pernah mempunyai ide usaha lain yang menurut saya sangat prospek untuk dijalankan. Setiap hari saya belajar untuk mendalami usaha tersebut. </div><div><br></div><div>Beberapa kali saya menceritakan ide tersebut dengan si A (orang yang sama dengan cerita di atas). Tetapi respon si A ini sangat tidak mengenakkan karena menyepelekan apa yang saya anggap bernilai. </div><div><br></div><div>Karena si A selalu melihat saya setiap hari melakukan pekerjaan yang ia anggap tidak prospek, suatu ketika dia mengatakan kalau usaha itu halu. Bahkan pernyataan itu membuat saya menangis. Tak habis pikir orang yang sedekat itu dengan saya bahkan saya anggap sahabat justru mengejek saya secara terang-terangan, tentu sangat sakit mendengar pernyataan itu. </div><div><br></div><div>Waalupun begitu saya tetap menjalani usaha itu hingga 3 tahun sekalipun belum membuahkan hasil. Tahun terakhir sebelum saya beralih ke usaha yang lain proses 3 tahun sudah mulai membuahkan hasil sekalipun belum sesuai harapan. Dari hasil itu setidaknya beberapa kali cukup untuk membiayai administrasi kuliah. </div><div><br></div><div>Si A yang tadinya meremehkan jadi lebih menghargai walaupun belum sepenuhnya menghargai. Hingga pada usaha yang sekaranglah si A baru mengakui kalau saya hebat karena bisa berjuang dari nol, hingga mendapatkan hasil yang luar biasa menurutnya. </div><div><br></div><div>Usaha yang sekarang tentu tidak akan berkembang pesat jika tidak pernah merasakan perjuangan selama 3 tahun yang tak membuahkan hasil, karena ternyata ilmu yang didapatkan selama 3 tahun itulah yang sangat menjadi penunjang berjalannya usaha yang sekarang. </div><div><br></div><div>-----</div><div><br></div><div>Dari cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa apapun usahanya jika dilakukan dengan tekun maka akan membuahkan hasil yang maksimal. Peluang terkadang menghampiri kita, tetapi terkadang kita tidak menyadarinya, sadar-sadar peluang itu sudah diambil orang. Peluang bisa kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang cepat dan maksimal. </div><div><br></div><div>Caci maki orang lain terkadang justru membuat kita semakin kuat dan berani menghadapi segala tantangan dan rintangan dalam meraih kesuksesan. </div><div><br></div><div>Kita tidak akan bisa sukses hanya dengan mencaci dan memaki tanpa beraksi. </div><div><br></div><div>----</div><div><br></div><div>Semoga tulisan ini bisa membuka mata Anda untuk semangat menggapai cita-cita dan harapan mulia. </div><div><br></div><div>~Munasam</div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-85215104649699283692021-10-31T11:08:00.001-07:002021-10-31T11:08:53.051-07:00Kau Tak Percaya Maka Kau Tak Bisa MelakukannyaWaktu silih berganti. Ada yang dulunya kecil sekarang besar, ada yang pernah susah sekarang bahagia, ada juga yang dulunya menghina kini memuji. Kehidupan ini berputar sebagaimana mestinya, semua sudah sesuai dengan kodratnya. <div><br></div><div>Aku yang dulu suka menulis, kini suka bekerja. Dulu orang sempat mengira aku gila, kini mereka mulai menganga. Aku yang dulu pernah dipandang sebelah mata, kini menjadi prioritas dalam pandangannya. Waktu memang tak bisa ditukar berjalan sebagaimana mestinya. </div><div><br></div><div>Aku yang pemalas dan aku yang dari dulu cuek, itu pandangan semua orang, sekarang akupun tetap sama seperti dulu hanya saja mereka sendiri yang merubah sudut pandang dalam penglihatannya. Memang waktu bisa membuat orang tersadar bagaimana ia harus memandang sesuai dengan versi orang yang dipandang. </div><div><br></div><div>Semua orang hanya akan melihat sesuatu yang baru itu adalah sebuah kegilaan. Untungnya aku terlalu cuek sehingga stigma itu tak sedikitpun merubah kegilaanku. Untungnya aku pemalas hingga aku enggan untuk beranjak ke luar sana, apalagi menuruti keinginan orang banyak. Dunia memang begitu berjalan sesuai dengan jalurnya. </div><div><br></div><div>Aku sadar betul, apa sih kita ini, Tuhanpun menuai Cacian dari makhluknya, apalagi manusia yang notabenenya makhluk lemah tiada berdaya untuk memuaskan semua orang apalah daya.</div><div><br></div><div>Aku sadar betul betapa hinanya beta, makhluk ringkih yang sombong, penuh dengan kekhilafan. Bertindak tak berdampak, terdiam tak berguna. Apalah aku ini makhluk hina yang penuh dengan dosa namun berharap memeluk surga.</div><div><br></div><div>~Much. Nasih Amin</div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-76486639220067108102020-01-13T03:16:00.000-08:002020-01-13T03:16:02.245-08:00Kau Kira Terangnya Lampu dan Benderangnya Siang Bukanlah Kekayaan?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://munasam.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Terang adalah kekayaan" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF1fwoe5IYM8ZcMjShrkcc8FDVGTGjo8yu9FCbCd8K0uDxyfAkBlYqdLhJPCZndM1I4CHexhl_a2o_5WNs-HDX1dsRDjkHINC0vFoq1WE-d5JGdrt1UBDSPhlsuyc2WKYyLqpkURCxMNy3/s640/terang-adalah-kekayaan.jpg" title="Terang adalah kekayaan" width="640" /></a></div>
<br />
Di saat terang, kita lupa den<span id="goog_1897025631"></span><a href="https://draft.blogger.com/"></a><span id="goog_1897025632"></span>gan kegelapan. Terang membuat kita jumawa, hidup merasa serba ada. Dunia yang fana begitu sangat menggoda dengan gemebyarnya. Gedung-gedung tinggi terlihat mewah, pegunungan terlihat indah, lautan begitu menggoda untuk dinikmati di sore hari. Dan masih banyak lagi keindahan-keindahan yang memanjakan mata.<br />
<br />
Kita tak pernah menyadari, di balik semuanya tentu ada <a href="https://munasam.blogspot.com/2020/01/terang-adalah-kekayaan.html" target="_blank">harganya</a>. Jika lampu untuk menghidupkan saja butuh energi yang besar, maka terangnya siang tentu tak bisa kita hitung berapa biaya yang harus kita keluarkan untuk memperlihatkan seluruh keindahan alam. Namun, Tuhan tak pernah menagih, berapa total biaya yang harus kamu bayar. Tuhan berikan anugerahNya tanpa meminta upahnya. Begitulah cinta Tuhan pada Makhluknya.<br />
<br />
<br /></div>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comPaesan Tengah Gang. 2 RT/RW 01/07 No. 35, Paesan Selatan, Kedungwuni Bar., Kec. Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah 51173, Indonesia-6.966767 109.64153199999998-37.682209 68.332937999999984 23.748675 150.95012599999998tag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-67155609518176384722019-12-03T07:00:00.000-08:002019-12-03T07:04:00.581-08:00Kesulitan yang Dibuat-buat Sendiri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="Because of you" border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjczj8MQim_El2gZFJzQHoCikR53rqy2w8h_V9Ow40uyCcSL3JUDx_2iQa5J2-cCaXy-dYQS5GXkaSqIaMjS11qfjQ5MxA82jDLW5FFFRNE_br6xDINsBrdaE4-eIsy8gRFCYpTBnM5BM6O/s640/kesulitan-yang-dibuat-sediri.jpg" title="Stress your self" width="640" /></div>
<br />
Hidup ini damai tenang dan tenteram tanpa adanya banyak keinginan. Semenjak keinginan merasuk ke dalam hati, semuanya jadi berantakan. Hal itu sudah menjadi suratan dari Tuhan yang Maha Penyayang.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Tuhan menginginkan kita untuk beribadah, bermesraan dengan-Nya, terbingkai dalam kemesraan abadi, kita justru merepotkan diri dengan berbagai hiasan dunia yang fana. Kita sendiri yang menciptakan kesulitan itu sendiri. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tuhan menginginkan kita setia. Ia cemburu manakala kita lupa pada-Nya, kita terlalu terpesona ciptaan-Nya yang tak lain hanya hiasan sementara saja. Godaan-godaan yang sengaja diciptakan tetapi tetap ingin diutamakan, itulah tanda Kecintaan Tuhan pada Hambanya yang manja. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hidup itu mudah, saat kita memandang bahwa ada Tuhan dalam hati kita. Hidup itu mudah, dikala kita mau terus bermesraan dengan-Nya. Hidup ini mengasyikkan tatkala kita sadar bahwa dunia itu fana. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pikiran kita salah, saat memandang masalah lantas frustasi tiada henti. Ingat, ada Tuhan yang Maha Besar, masalah kita tak ada bandingannya dengan KekuasaanNya. Pikiran kita salah, di kala memandang hidup susah. Ingat, Tuhan tak pernah memberikan beban tanpa kekuatan yang sepadan, jangan kita melupakannya. Pikiran kita salah, menginginkan sesuatu tanpa memuja-memujiNya. Ingat, Tuhan tidak buta, kita terlalu sombong mengabaikanNya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Berbagai cara kita tempuh, berbagai halangan kita terjang, berbagai badai kita lewati, tak akan pernah sampai pada tujuan di saat kita melupakan Tuhan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
~ Much. Nasih Amin</div>
</div>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-32951177520866304692019-01-18T03:00:00.001-08:002019-01-18T03:00:35.467-08:00SEO adalah Makanan Enak<p dir=ltr>Setiap ada persaingan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Seo adalah ilmu untuk memenangkan persaingan. Apakah ini yang membuat hatiku buta akan sebuah cahaya. Ilmu yang harusnya menerangi jiwa kini justru menutup rapat-rapat dan mengunci jiwa ini. <br></p>
<p dir=ltr>Siapa menang dia yang akan bertahan hidup, itulah seo. Kita dituntut untuk memenangkan persaingan atau hilang dari peradaban. Seo adalah hal yang menakutkan atau menyenangkan. Ketika menang maka senang, dan ketika kalah maka berduka.<br></p>
<p dir=ltr>Ah.. Seo memang makanan yang enak. Enak bagi yang menikmatinya dan bencana bagi yang memikirkannya. </p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-48989600495627023582019-01-18T02:48:00.001-08:002019-01-18T02:48:48.664-08:00Hidup yang Membingungkan, Entah Apa yang Harus Saya Lakukan<p dir=ltr>Tak pernah kusadari ternyata hari silih berganti, detik demi detik terlewati, hari demi hari kujalani, tahun demi tahun ku lalui. Aku kini telah berada di masa pergantian antara remaja ke dewasa. Umurku sudah 24 tahun, namun sikapku masih kekanak-kanakan. <br></p>
<p dir=ltr>3 tahun terakhir hari-hariku telah kulalui untuk terjun dan belajar ke dunia tulis menulis online, lebih tepatnya ngeblog. Tiga tahun berlalu aku belum mendapatkan sesuatu yang kuharapkan, aku hanya masih terus belajar dan belajar sedangkan waktuku untuk mencapai impianku telah semakin dekat. <br></p>
<p dir=ltr>Tak ada hal yang spesial dari diriku, tak ada hal yang bisa diandalkan dari diriku, tak ada hal yang lebih dari diriku. Aku hanyalah seorang yang terus belajar dan terus mencoba ingin mencapai apa yang telah aku cita-citakan. <br></p>
<p dir=ltr>Hati ini terasa sesak. Ingin ku menangis tetapi air mata telah habis. Hatiku terenyuh saat mengingat masa demi masa yang telah kulalui. Masih banyak waktu yang terbuang sia-sia, terabaikan, terlalui tanpa ada hal yang spesial dari diriku ini.<br></p>
<p dir=ltr>Sembah syukur Allah telah menjagaku dari dulu sampai saat ini. Allah yang Maha Pengasih, memberi kehidupan untuk alam semesta ini. Aku tak berdaya tanpa kekuatanNya. Aku bukanlah apa-apa tanpa ridhonya. Aku lemah. Aku hina dihadapanNya.<br></p>
<p dir=ltr>Ya Allah. Telah banyak dosa yang aku lakukan. Telah banyak waktu yang kusia-siakan. Telah banyak orang yang telah aku kecewakan. Aku lemah. Aku hina. Aku tak kuasa atas apapun yang Kau minta. <br></p>
<p dir=ltr><b>Ditulis oleh</b> : <a href="http://munasam.blogspot.com">Much. Nasih Amin</a></p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-18188902051944538932018-11-20T04:54:00.001-08:002018-11-20T04:54:44.831-08:00Peta Konsep yang Mulai Terabaikan<div xmlns='http://www.w3.org/1999/xhtml'><a href='https://lh3.googleusercontent.com/-LisaPHoa4Dk/W_QEDt-nqcI/AAAAAAAAEHM/ohIucEbUU6czru1g4y3x-JeVLbKMNgsMACHMYCw/s2560/%255BUNSET%255D' onblur='try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}'><img border='0' src='https://lh3.googleusercontent.com/-LisaPHoa4Dk/W_QEDt-nqcI/AAAAAAAAEHM/ohIucEbUU6czru1g4y3x-JeVLbKMNgsMACHMYCw/s640/%255BUNSET%255D' style='display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;'/></a><br/>
Kita sering mengeluhkan tentang pikiran kita yang kadang tak menerima sebuah gagasan baru. Kita sering memusingkan diri sendiri karena malas untuk menerima sebuah pelajaran baru. Kita sering mengatakan bahwa kita tak bisa memahaminya padahal untuk membacanya pun enggan. <br/>
<br/>
Namun sebenarnya kita telah melupakan peta konsep yang sebenarnya dulu pernah terpatri di dalam benak kita. Kita telah mengabaikan pohon konsep yang menjadi sumber dari setiap gagasan. Kita sudah enggan melihat sumber gagasan dan otak pun semakin panas di buatnya. Panas karena tak dekat dengan pohon, panas karena tak mendapatkan sejuknya angin spoi-spoi, panas karena enggan untuk berpikir.<br/>
<br/>
Peta konsep adalah sumber dari ilmu. Untuk memahaminya kita perlu mendekatinya dan memperhatikan setiap cabangnya sampai ke ranting-rantingnya, bila perlu sampai akar-akarnya. <br/>
<br/>
Peta konsep yang berisi gagasan bagaikan pohon yang semakin hari semakin membesar. Semakin banyak jumlah cabangnya, semakin banyak jumlah rantingnya, semakin tamnbah ukuran batangnya, semakin kuat dan semakin menyejukkan. Kita tak akan pernah menemukan ujung dari sebuah gagasan karena gagasan akan semakin tumbuh dengan adanya pemikiran-pemikiran yang dapat menambah ranting-ranting pengetahuan.<br/>
<br/>
Peta konsep yang mulai terabaikan padahal adalah hal yang paling penting untuk di miliki sebelum mengkaji sebuah materi.</div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-37380346834692298792018-11-20T04:01:00.001-08:002018-11-20T04:16:10.760-08:00Masih Tentang Kehidupan Bukan Kematian<img border='0' src='https://lh3.googleusercontent.com/-jdPwmmACF3M/W_P3g6ltj1I/AAAAAAAAEHA/pezUHyFnl5o-PK0wgwp1XQ4k8VbdNh1rACHMYCw/s640/%255BUNSET%255D' style='display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;'/><br />
Selalu saja kita dituntut untuk berpikir dan menjalani kehidupan yang semakin membingungkan. Menginginkan sesuatu tak tergapai, mencoba melupakan sesuatu terus diintai. <br />
<br />
Kita benar-benar dituntut untuk terus berjuang di tengah-tengah kegalauan dan kita dituntut untuk memikirkan masalah-masalah yang tak pernah kita kehendaki. Untuk menggapai sesuatu tak semudah bayangan yang biasa kita bayangkan tiap malam. <br />
<br />
Masih tentang kehidupan bukan kematian. Pikiran selalu dicerca dengan permasalahan yang semakin tua semakin menggila. Hati dituntut untuk sabar menerima semua kenyataan yang ada. Tubuh dipaksa untuk extra kuat untuk menggapai impian yang sejak lama diidam-idamkan. <br />
<br />
Seluruh anggota tubuh pun dipaksa untuk bekerja maksimal. Mata dipaksa untuk melihat peluang dan ancaman. Tangan dipaksa untuk mengambil sesuatu yang baik dan membuang jauh-jauh sesuatu yang tak baik. Hidung dipaksa untuk mencium aroma kehidupan yang penuh dengan aroma kejahatan ataupun kebaikan. Lidah dipaksa untuk merasakan pahitnya kehidupan sekarang untuk merasakan manisnya kehidupan di masa depan. Kulit dipaksa untuk kebal dari apapun itu jenis duri yang siap menyayat impian. Kaki dipaksa untuk melangkah sejauh mungkin menuju impian, tak memandang itu jurang bebatuan ataupun gunung penuh duri yang tinggi menjulang.<br />
<br />
Hidup adalah apa yang harus kita perjuangkan untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan setelah kematian. Jika hidup di dunia penuh dengan kebaikan, jaminannya adalah kebahagiaan di kehidupan setelah kematian. Hidup di dunia penuh dengan kebahagiaan belum tentu akan mendapatkan kebahagiaan di kehidupan setelah kematian. <br />
<br />
Namun hidup di dunia tak mengenal kebahagiaan belum tentu juga akan mengenal kebahagiaan di kehidupan setelah kematian. Hidup adalah bagaimana kita memanfaatkan umur untuk kebaikan. Kebaikan-kebaikanlah yang akan menjadi bekal kita untuk hidup bahagia di kehidupan setelah kematian. <br />
<br />
<b>Writen By</b> : Much. Nasih AminMuch. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-9670467147357013012018-06-23T20:26:00.001-07:002018-06-23T20:26:24.095-07:00Keindahan Pantai Ketika Semuanya dalam Keseimbangan<p dir=ltr>Pantai adalah pemandangan indah yang sangat menakjubkan. Desiran suara ombak yang menyejukkan membuat semua orang ingin datang menikmatinya.<br></p>
<p dir=ltr>Semua dalam keseimbangan tanpa adanya kelebihan menciptakan suasana yang indah nan damai. Sembah syukur pada sang pencipta terucap di setiap bibir yang hadir disana.<br></p>
<p dir=ltr>Maha Besar Kuasa Pencipta yang Menciptakan Alam Semesta.</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNtqgOUYtOY8mpi0pcUOy-j_SUKOg18gRoB59LpXvNmGvSoHc0p09UFbT6ggViB2aZj-bXvFs9rGL51A_NZyk-_iy7O6qFABOZ7nZD3aRY-G0vTphEnN0O4Ylq843cKsxwLCGWyRbdJxHe/s1600/20180624_100118.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNtqgOUYtOY8mpi0pcUOy-j_SUKOg18gRoB59LpXvNmGvSoHc0p09UFbT6ggViB2aZj-bXvFs9rGL51A_NZyk-_iy7O6qFABOZ7nZD3aRY-G0vTphEnN0O4Ylq843cKsxwLCGWyRbdJxHe/s640/20180624_100118.jpg"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-62784116330901099572018-04-15T10:19:00.001-07:002018-04-15T10:19:47.921-07:00Bos Gila, Goblok bin Bloon, Kampret, Brengsek, Jancok<p dir=ltr>Bos Gila dialah yang suka bertindak sok, tapi sebenarnya dia bodoh. Bos gila adalah orang yang tidak realistis, hanya menuruti apa yang dia mau, apa yang dia rasakan.<br></p>
<p dir=ltr>Ah.. rasanya pengen banget nampol kepalanya hingga penyok. Sakit hati ini tak terbendungkan lagi. Saya rasa dia adalah orang paling gila yang pernah saya kenal. Dia tidak mau tahu perasaan karyawannya. <br></p>
<p dir=ltr>Tapi aku sangat berterima kasih kepadanya karena dengan kegilaannya itu, aku jadi sadar bahwa aku harus segera bangkit dan tidak berlama-lama untuk menjadi karyawan.<br></p>
<p dir=ltr>Dari dulu aku memang tidak bercita-cita menjadi karyawan. Status karyawan saat ini adalah keterpaksaanku karena diajak dengan sedikit pemaksaan dan akhirnya akupun terjerat dalam kurungan status karyawan ini.<br></p>
<p dir=ltr>Sangat tidak mengenakkan status karyawan ini. Aku tidak merasakan ketenangan di dalamnya walaupun mungkin teman saya selalu bilang bahwa dia bersyukur karena bisa bekerja di tempat senyaman itu. <br></p>
<p dir=ltr>Dia bisa mengatakan nyaman karena ada saya. Coba kalau tidak ada saya, pasti dia akan bilang pusing dan lain sebagainya.<br></p>
<p dir=ltr>Dengan statusnya sebagai mahasiswa reguler pagi, dia bisa bekerja setelah dia pulang dari kuliah. Itu karena ada aku yang bekerja di pagi harinya.<br></p>
<p dir=ltr>Sedikit geram tapi harus bagaimana lagi. Dia adalah temanku, tapi selalu menghalang-halangi impianku dan selalu mengatakan bahwa impianku adalah hal bodoh. Itu kadang menyakitkan dan kadang membuatku menangis ketika mengingatnya. <br></p>
<p dir=ltr>Aku sangat jengkel geram dan kesal karena dia selalu memaksakan keinginannya sedangkan dia tidak mau mendengarkan keinginanku. Itu adalah hal yang lebih gila daripada gilanya bos ku.<br></p>
<p dir=ltr>Kembali ke bos ku. Dia yang sok bijak, sok mengingatkan, sok berbaik hati, sok cool, dan sok sok lainnya. Yang lebih parahnya lagi dia sok kaya, dan dengan sombongnya dia mengatakan bahwa dia akan memotong gaji ku dengan sepihak jika aku tidak bisa dihubungi di saat darurat. <br></p>
<p dir=ltr>Itu apa artinya????<br></p>
<p dir=ltr>Itu namanya goblok bin bloon.<br></p>
<p dir=ltr>Kau tahu kenapa saya katakan goblok bin bloon. Karena gara-gara aku tidak mengaktifkan hp, dia mau memotong gaji ku. Waktu itu kejadiannya adalah kepentingan pribadinya, bukan kepentingan pekerjaan. Terus apa urusannya dengan pekerjaanku? <br></p>
<p dir=ltr>Coba bayangkan.<br></p>
<p dir=ltr>Jam kerjaku adalah 8 jam. Katakanlah dari jam 7 sampai jam 3 sore. <br></p>
<p dir=ltr>Di suatu hari bos sms aku, telpon, dsb pada jam 11 malam. Minta dibuatkan sesuatu. Pas kebetulan biasanya aku menginap di kerjaan, malam itu aku pulang. <br></p>
<p dir=ltr>Kau tau selain jam kerja aku punya kesibukan lain yang itu adalah hak ku dan bukan urusan bosku. Ya kan?<br></p>
<p dir=ltr>Di rumah biasanya aku jarang mengaktifkan ponsel. Kebetulan malam itu aku tidak mengaktifkan ponsel. Pas berangkat kerja aku juga kebetulan lupa membawa ponselku.<br></p>
<p dir=ltr>Terus......<br></p>
<p dir=ltr>Pagi harinya... bosku chat dengan mengatakan mau memotong gajiku.<br></p>
<p dir=ltr>Hatiku bertanya-tanya,"What do you say? Are you kidding me?" Dengan nada tidak percaya,"Are You Crazzy?" Itu yang terbayang dibenakku.<br></p>
<p dir=ltr>Aku pun menjawab,"Yes, You Are Crazzy."<br></p>
<p dir=ltr>Gila banget.. <br></p>
<p dir=ltr>Sebenarnya aku tau bahwa doa orang yang terdholimi akan terkabulkan. Sangat tidak rela jika aku harus mengatakan,"Semoga bosku segera disadarkan." Yang ingin aku doakan adalah,"semoga bosku segera dibangkrutkan." Hah... biar puas.<br></p>
<p dir=ltr>Tapi di hati yang lain aku tidak tega dan sepertinya aku memilih untuk diam dan menulisnya di sini. Semoga menjadi pembelajaran untuk pembaca setia blogku ini.<br></p>
<p dir=ltr>Saat ini aku belum tahu apakah bosku cuma menggertakku. Atau dia hanya bercanda saja. Yang jelas aku tidak terima atas perlakuan yang telah menyakitkan hati ini. Hatiku selalu berkata,"Dia yang mengawali, maka dia harus menghadapi dan mengakhirinya."<br></p>
<p dir=ltr>Bos brengsek. Tidak tahu perbedaan kepentingan. Yang dia tahu hanyalah masalah pribadinya terselesaikan dan bisnis tetap jalan. </p>
<p dir=ltr>Bos macam apa itu. Tapi aku sadar bahwa yang namanya bos memang begitu.<br></p>
<p dir=ltr>Berbeda dengan pemimpin yang selalu mengerti apa yang sebenarnya terjadi.<br></p>
<p dir=ltr>Mungkin setelah gajian ini aku akan lari tanpa permisi. Biar aku puas melihat kekacauan di dalamnya.<br></p>
<p dir=ltr>Sebenarnya bisa saja aku merusak, mengambil, membuka rahasia dan sebagainya sebagai bentuk pembalasanku. Tapi aku tidak tega jika melihat kehidupannya yang dari dulu sudah mewah, melihat anaknya yang lucu itu, melihat istrinya dsb. <br></p>
<p dir=ltr>Bisa saja aku memenjarakannya. Tapi aku sungguh tidak tega melihatnya. Dalam hal ini aku mulai bisa mendoakannya. Semoga dia disadarkan, mungkin melalui peringatan yang sedikit mengagetkan.<br></p>
<p dir=ltr>Masih banyak lagi sesuatu yang mengganjal di hati ini. Ahh.. ini sangat gila.<br></p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-62165701502045117802018-02-08T16:12:00.003-08:002018-02-08T16:12:51.095-08:00Difitnah, Dikucilkan, Dianggap Rendah, Dibenci, Tetaplah Sibuk Perbaiki Diri<p dir=ltr>Tiga tahun lamanya sudah berlalu dengan fitnah-fitnah yang bertebaran yang tak pernah ku tahu. </p>
<p dir=ltr>Aku ingat statemen yang kubuat saat itu. Ternyata benar-benar membuat gempar masyarakat sekitarku. Bahkan efeknya masih berjalan sampai tiga tahun lamanya tanpa kusadari.</p>
<p dir=ltr>Kebaikan akan selalu menang. Di balik kekejaman dunia yang penuh dengan penindasan, ketidakmautahuan, kenistaan, dan kekerasan.</p>
<p dir=ltr>Dengan doa, harapan, dan kepasrahan; ledakan-ledakan semangat itu masih dapat memompa iman yang mulai keropos. </p>
<p dir=ltr>Janji-janji Allah yang sangat real, terlihat nyata dengan senyata-nyatanya, berbentuk hamba-hambanya yang disetir setiap waktu-Nya.</p>
<p dir=ltr>Sungguh semuanya itu adalah kasih sayang-Nya yang tiada tara. Bukan kebetulan, ataupun ketidaktahuannya. </p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-34123219021794667312018-02-08T16:12:00.001-08:002018-02-08T16:12:25.882-08:00Di Rumah Masa Depan<p dir=ltr>Tidak usah muluk-muluk pingin punya rumah yang mewah. Cukup syukuri apa yang kau daparkan hari ini. </p>
<p dir=ltr>Kurang apa coba hari ini? <br>
Tidak punya motor, bisa naik motor vixion terbaru. Tidak punya rumah, bisa tidur di rumah mewah. Tidak punya uang bisa makan bakso. Tidak punya kuota internet bisa internetan sepuasnya.</p>
<p dir=ltr>Kurang apa coba nikmat yang telah Allah berikan hari ini? </p>
<p dir=ltr>Allah telah menunjukkan bukti-bukti kebesaran dan kekuasaannya melalui rangkaian kegiatan hari ini.</p>
<p dir=ltr>Kurang apa lagi coba? Jabatan juga telah kau dapatkan yang sesuai dengan keinginanmu. Kantor mewah, kampus mewah, semuanya serba mewah.</p>
<p dir=ltr>Masya Allah, inilah bukti kekuasaan Allah yang tiada tandingannya. Skenarionya sungguh indah di atas indahnya para produser kelas dunia. Allah lah yang menciptakan produser-produser dengan kekuasaan-Nya.</p>
<p dir=ltr>Jika dihitung, mungkin nikmat ini akan lebih luas dari 1000 lautan, dan aku, setetes pun tak men-syukuri-nya.</p>
<p dir=ltr>Kurang apa aku hari ini? <br>
Aku tak merasa kekurangan apapun hari ini.</p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-66471292537196374062018-01-23T01:26:00.001-08:002018-02-08T16:13:09.519-08:00Pelangi Kehidupan Kembali Bersinar Terang<p dir=ltr>Selagi hidup di dunia, cobaan akan terus datang seperti dirinya yang yang selalu merindukanmu. Jangan sekali-kali berharap pada ketenangan, karena dia akan begitu cepat meninggalkan. <br></p>
<p dir=ltr>Adanya cobaan adalah untuk dirasakan, bukan dilawan. Melawan cobaan yang datang akan membuat pikiranmu penuh dengan kekacauan. Sebaliknya, menikmari cobaan membuat pikiranmu tenang.<br></p>
<p dir=ltr>Percaya atau tidak semuanya terjadi karena adanya sebab dan akibat. Di balik kenyamanan pasti ada kegalauan. Dibalik kebahagiaan ada sebuah tangisan. Semuanya terikat pada aturan alam yang terus berkelanjutan.<br></p>
<p dir=ltr>Jika di bandingkan, cobaan adalah seribu dan kenyamanan adalah satu. Terlalu berharap kenyamanan sama artinya melipatgandakan cobaan. Ya coba saja kalau kamu membuktikannya, saya tidak melarang juga tidak menyarankan.<br></p>
<p dir=ltr>Saya juga tidak bisa membuktikan satu banding seribu itu. Saya hanya mengira-ngira dengan ukuran saya, dan mungkin bisa dibilang saya terlalu berlebihan. <br></p>
<p dir=ltr>Cobaan, terus bergantian menjadi sebuah pelangi bagi kehidupan. Ada kalanya hidup harus merasa suram, senang, cinta, sedih, ceria, dsb-nya. Semua itu memang sudah menjadi kehendak-Nya dan semua orang tak dapat melawannya.<br></p>
<p dir=ltr>Pelangi Kehidupan Kembali Bersinar Terang.<br></p>
<p dir=ltr><b>Written by</b> : Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 17.02 WIB<br></p>
<p dir=ltr>Pekalongan, 23 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJprVj8hkA6D9Hz7gaMnNa58-S6JoaFKn0MyTlEkEiaeGEiIDq4O0cOgvWmp9FvNWbzWR8nlf7sVEVR8GnJrM2sHhYKjo4A7WCKKu6lojzqYhw1ESj2SF0l8hmbgvdRsqIbWTyXruR-VoN/s1600/IMG_20180123_HH1812.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJprVj8hkA6D9Hz7gaMnNa58-S6JoaFKn0MyTlEkEiaeGEiIDq4O0cOgvWmp9FvNWbzWR8nlf7sVEVR8GnJrM2sHhYKjo4A7WCKKu6lojzqYhw1ESj2SF0l8hmbgvdRsqIbWTyXruR-VoN/s640/IMG_20180123_HH1812.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-57998154701554651902018-01-21T20:52:00.001-08:002018-01-21T21:29:36.974-08:00Sampai Kapan Cobaan ini Akan Berakhir?<p dir="ltr">Tak sedikit orang yang bertanya-tanya,"Sampai kapankah cobaan ini akan berakhir?" Mereka terus mengeluh dengan setiap sesuatu yang menimpanya, seakan-akan mereka adalah satu-satunya manusia yang bernasib paling malang diantara saudara-saudaranya.<br></p>
<p dir="ltr">Jika kau adalah salah satu dari mereka maka simak baik-baik tulisan ini.<br></p>
<p dir="ltr">Kau mengeluh,"Aku sangat marah dengan ulah seseorang yang merendahkanku." <br></p>
<p dir="ltr">Aku berkata,"Sabar itu cobaan."<br></p>
<p dir="ltr">"Kau mudah saja bilang sabar karena tidak berada di posisiku"<br></p>
<p dir="ltr">"Sabar bukan tentang masalah aku berada di posisimu. Sabar adalah tentang mengendalikan diri untuk tidak bertingkah bodoh."<br></p>
<p dir="ltr">***<br></p>
<p dir="ltr">Kau mengeluh,"Dari dulu sampai sekarang usahaku sia-sia."<br></p>
<p dir="ltr">Aku berkata,"Tak ada usaha yang sia-sia, hanya saja kau perlu menunggu waktunya untuk mendapatkan impianmu. Yang penting berusaha semaksimal mungkin"<br></p>
<p dir="ltr">"Diam saja kau, nggak usah banyak bicara. Lihatlah dirimu sendiri yang masih berada di bawahku. Kau belum pantas mengatakannya karena kau belum membuktikan sendiri kata-katamu itu"<br></p>
<p dir="ltr">"Berusaha bukan tentang aku sudah membuktikannya atau belum. Berusaha adalah kunci utama untuk membuka pintu impianmu, impiannya, impian kita semua."<br></p>
<p dir="ltr">Kau mengeluh,"Aku.."<br></p>
<p dir="ltr">Aku memotong,"Sudahlah, mengeluhmu tak akan membuatmu tiba-tiba mendapatkan impianmu. Mengeluh hanya akan membuatmu semakin kecil, takut dengan masa depanmu. Padahal, apa yang kau takutkan itu tak berlandaskan. Apakah kau sudah membuktikannya?"<br></p>
<p dir="ltr">Kau masih saja mengeluh,"Terus mau sampai kapan cobaan ini.." <br></p>
<p dir="ltr">Aku memotong dan menegaskan,"Sampai mati."<br></p>
<p dir="ltr"><b>Written by</b> : Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 11.58<br></p>
<p dir="ltr">Pekalongan, 22 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPLjyaEg2zEaTOTz9dYbXSNlifVQ_bR7pskAgyAlCxMs8nlK5Vizpdp-x08Q2fpHE7zsFisnpQiszUwU6WQJz44h4yVKuCOQBSilt5rSK5XZirXVoS1_97EwoRROmQmbkoGl9YrlYpFMR3/s1600/IMG_20180122_HH1735.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPLjyaEg2zEaTOTz9dYbXSNlifVQ_bR7pskAgyAlCxMs8nlK5Vizpdp-x08Q2fpHE7zsFisnpQiszUwU6WQJz44h4yVKuCOQBSilt5rSK5XZirXVoS1_97EwoRROmQmbkoGl9YrlYpFMR3/s640/IMG_20180122_HH1735.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-79461025411058432702018-01-21T09:47:00.001-08:002018-01-21T10:27:35.080-08:00Kaca Mata Terkadang Membuat Buta<p dir="ltr">Jalan hidup setiap orang berbeda-beda. Walaupun terkadang terlihat sama, persamaan itu hanya sebagian kecil saja, kira-kira kalau di angkakan1% dari 100% adalah gambarannya.<br></p>
<p dir="ltr">Cara pandang hidup orang tentunya berbeda, sejalan dengan masing-masing jalan hidupnya. Seseorang tidak bisa memaksakan orang lain untuk mengikuti cara pandangnya. Jika dipaksakan, ada dua kemungkinan yang terjadi, antara mengikuti secara diam-diam atau menjauhi tanpa alasan.<br></p>
<p dir="ltr">Mungkin bagi sebagian orang, menolong orang lain adalah hal yang sangat penting. Dengan melihat orang lain terlihat susah seringkali membuat empati seseorang muncul secara tiba-tiba, merasa iba, dan secara sepihak menyimpulkan bahwa yang dia lihat adalah apa yang terjadi dan harus ditolong.<br></p>
<p dir="ltr">Tapi, dia tidak sadar, dia melihat orang lain melalui kacamatanya sendiri. Dia tidak berusaha melihat dengan kaca mata orang lain, padahal situasinya jelas sangat berbeda. Ukuran yang dia pakai adalah apa yang dia rasakan, itu sangat disayangkan.<br></p>
<p dir="ltr">Di sisi lain, orang yang dianggap menderita dan sengsara menurut pengamatannya, ternyata adalah seorang yang jauh lebih beruntung dari dirinya. Orang lain itu terlihat santai dengan masalahnya, atau bahkan tak merasakan adanya masalah yang ada di depan.<br></p>
<p dir="ltr">***<br></p>
<p dir="ltr">Yang terjadi adalah???<br></p>
<p dir="ltr">Dia terlalu merasa lebih beruntung, sehingga dengan empatinya memberikan beberapa solusi yang justru membuat orang lain menjadi seperti dipaksa atau bahkan dihina.<br></p>
<p dir="ltr">***<br></p>
<p dir="ltr">Sangat ironi sekali jika ada orang yang menganggap dirinya paling benar. Itu artinya dia tak mau mendengar. <br></p>
<p dir="ltr">Apakah etis jika seseorang memberikan solusi dengan pemaksaan?<br></p>
<p dir="ltr">Kaca mata terkadang membuat buta.<br></p>
<p dir="ltr"><b>Written by</b> : Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 01.16 WIB<br></p>
<p dir="ltr">Pekalongan, 21 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk2pwj-rPWbrNQ6oKEcAB3RQshC3aAgAW__vhrLBUSwxosOQ4y81_iuNd0n6NnuG6o_cA1j280-whTykziJ32sfCf6HRozXRASPGeodUujZE-0oL6E-2r_8rh5dSWgPCi5tFwsQWp2W63e/s1600/IMG_20180122_HH1345.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk2pwj-rPWbrNQ6oKEcAB3RQshC3aAgAW__vhrLBUSwxosOQ4y81_iuNd0n6NnuG6o_cA1j280-whTykziJ32sfCf6HRozXRASPGeodUujZE-0oL6E-2r_8rh5dSWgPCi5tFwsQWp2W63e/s640/IMG_20180122_HH1345.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-84472534472435216282018-01-21T02:42:00.001-08:002018-01-21T02:59:02.118-08:00Dia yang Kau Rindukan dan Kau Jaga Hatinya<p dir=ltr>Hari ini aku menghabiskan waktu untuk mulai membuka lembaran yang baru. Semua yang kulakukan mulai terlihat tertata, semuanya kuatur sedemikian rupa agar lebih mudah untuk kulakukan. <br></p>
<p dir=ltr>***<br></p>
<p dir=ltr>Pancaran cahaya dari balik jendela kamar menyilaukan pandanganku. Seperti biasanya aku tidur menghadap ke atas menatap ponsel yang berada di antara kedua genggaman tanganku. Ketikan kedua jempol tanganku masih terus mengetik tulisan yang kuanggap cukup bermanfaat, minimal diriku sendiri yang merasakan manfaatnya.<br></p>
<p dir=ltr>Sesekali aku menghela nafas panjang. Aku baru merasakan kenyamanan tidur di kamar ukuran 3 meter persegi ini, setelah kakakku menikah 2 minggu lalu. Kamar yang sebelumnya berantakan, kini telah disulap menjadi kamar yang begitu nyaman. Kasur, spray, bantal, urung bantal semuanya serba baru. Lemari yang sebelumnya tidak enak dipandang mata, kini terlihat nyaman untuk dipandang dan terkesan seperti baru, setelah dicat ulang. Semuanya tampak baru setelah semuanya dibenahi.<br></p>
<p dir=ltr>Tapi ada satu benda yang sengaja tidak diperbarui yaitu, lampu kamar yang nyalanya putih redup 5 watt. Walaupun lampu itu redup, tak terlalu membuatku terganggu dengan pemandangan disekitarnya.<br></p>
<p dir=ltr>Hari ini kuhabiskan waktuku untuk mulai mencari follower wattpad. Setidaknya hari ini aku mendapatkan 20 follower dari grup Wattpad di Facebook. Postinganku direspon baik oleh member grup, saking baiknya, Facebookku pun harus diblokir pihak Facebook karena membalas komentar terlalu banyak dalam tempo cepat. Hmm, no problem. Sepertinya aku harus mulai fokus membuat draft novel yang ingin kudesain sebaik mungkin. <br></p>
<p dir=ltr>Ya, inilah saatnya aku harus memulainya. <br></p>
<p dir=ltr><b>Written</b> by: Much Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 17.41<br></p>
<p dir=ltr>Pekalongan, 21 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLh4-iGKTBy_oqagbvMt4B7THPQgptGIVc8G9juA5vcp-pgvaZdnDPjRgU-fCiVvRgJGVDkuQO1xCLiTQLKdXQPI9JGU9V033Y-WxT9UOhp4cLQupHRvmIaLpqnFWb6JfwJDGXxOpDE2au/s1600/IMG_20180121_HH4918.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLh4-iGKTBy_oqagbvMt4B7THPQgptGIVc8G9juA5vcp-pgvaZdnDPjRgU-fCiVvRgJGVDkuQO1xCLiTQLKdXQPI9JGU9V033Y-WxT9UOhp4cLQupHRvmIaLpqnFWb6JfwJDGXxOpDE2au/s640/IMG_20180121_HH4918.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-13401314864669472882018-01-20T03:33:00.001-08:002018-01-20T03:50:25.883-08:00Alasan Saya Menulis di Wattpad<p dir=ltr>Saya bukan penulis amatiran, juga bukan penulis professional layaknya Habiburrahman. Saya hanyalah penikmat tulisan karya-karya penulis Indonesia yang suka mencoret-coret buku dan juga olahraga jempol.<br></p>
<p dir=ltr>Banyak teman-teman saya yang menganggap bahwa saya adalah penulis, dengan alasan saya suka menulis. Itu tidak benar. <br></p>
<p dir=ltr>Ya..<br></p>
<p dir=ltr>Itu sangat tidak dibenarkan. <br></p>
<p dir=ltr>Saya tekankan lagi, "Saya bukan Penulis." Saya hanya suka menulis apa yang sedang saya galaukan untuk sedikit mengurangi beban pikiran. <br></p>
<p dir=ltr>Ya.. <br></p>
<p dir=ltr>Saya hanya mencoba mengurangi beban pikiran dengan mencurahkannya ke dalam bentuk tulisan.<br></p>
<p dir=ltr>Lantas kenapa saya membuat akun Wattpad?<br></p>
<p dir=ltr>Bukankah Wattpad tempatnya para Penulis?<br></p>
<p dir=ltr>Iya..<br></p>
<p dir=ltr>Itu bener pake banget. Saya memang sengaja untuk mengikuti forum-forum yang saya anggap sejalan dengan kesukaan saya.<br></p>
<p dir=ltr>Biasanya saya menulis di Facebook atau di Blog-blog saya temasuk blog ini. Di Facebook saya cenderung kepo dengan status orang lain, sehingga banyak waktu yang terbuang. Di blog saya lebih cenderung memikirkan penghasilan (kecuali blog ini). Saya pun lupa untuk membuat tulisan. <br></p>
<p dir=ltr>Dari situ sudah jelaslah bahwa adanya saya membuat akun wattpad adalah untuk belajar memperbaiki diri dan mencoba fokus dengan misi saya yaitu menulis hal-hal yang menurut saya harus ditulis, baik itu harus disampaikan ke banyak orang, maupun untuk diri saya sendiri.<br></p>
<p dir=ltr>Dan wattpad saya mencoba membuat karakter yang dapat menjadi jembatan saya untuk menyampaikan hal-hal penting yang harus saya sampaikan.<br></p>
<p dir=ltr>Panggil saja saya dengan sebutan, "Awing Safi", sebuah nama pena untuk akun Wattpad yang saya harap dapat menyajikan berbagai cerita menarik sebagai media penyampaian pesan-pesan yang membuat semua orang terpana.<br></p>
<p dir=ltr>Akun Wattpad : @awingsafi<br></p>
<p dir=ltr><b>Written by</b> : Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 18.49 WIB<br></p>
<p dir=ltr>Pekalongan, 20 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh84bWsRjtS-xptPaRSZQcCqefElLFkMJGQh8DMxpcgMw47QhFnlrbiVJK1j2GK-U6t8havJQ4F4WEPVWuVCSo-dYh6l_inZAbWzVDdvFIEtQMpqYOxqs_-h90lFN2oXswqTC78rfW32IaR/s1600/IMG_20180120_HH4541.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh84bWsRjtS-xptPaRSZQcCqefElLFkMJGQh8DMxpcgMw47QhFnlrbiVJK1j2GK-U6t8havJQ4F4WEPVWuVCSo-dYh6l_inZAbWzVDdvFIEtQMpqYOxqs_-h90lFN2oXswqTC78rfW32IaR/s640/IMG_20180120_HH4541.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-14879127533318624412018-01-19T04:38:00.001-08:002018-01-19T05:44:59.419-08:00Bagaimana Kau akan Memulai untuk Menulis?<p dir="ltr">Saya mulai menemukan titik dimana saya sangat nyaman dengan apa yang saya lakukan saat ini, yaitu menulis tanpa beban. <br></p>
<p dir="ltr">Mungkin terlihat sepele dengan tulisan-tulisan yang saya sajikan. Diksi yang saya gunakan menunjukkan miskinnya ilmu yang telah saja dapatkan. Kata-kata yang saya gunakan menunjukkan kecerobohan saya dalam menulis tulisan. Alur yang saya sajikan menunjukkan saya adalah orang asing dalam kacamata dunia kepenulisan.<br></p>
<p dir="ltr">Saya hanyalah pribadi yang suka menulis tentang hal-hal yang saya anggap harus ditulis. Mungkin itu berupa pengalaman berharga, atau hanya sekedar canda tawa.<br></p>
<p dir="ltr">Tak ada yang spesial dari tulisan-tulisan saya. Tapi pesan yang terkandung di dalamnya sebenarnya sangat berharga dan juga kaya - itu menurut saya. Dan mungkin menurut anda, yang saya tulis hanya curhatan yang umum macam curhatan norak anak alay yang suka nongkrong di beranda Fb<br></p>
<p dir="ltr">Apapun yang anda pikiran tentang tulisan saya, basi-lah, gak mutu-lah, norak-lah, dsb, tidak akan pernah melunturkan niat bulat saya yang ingin terus menulis. Saya sangat senang jika anda memberi umpan balik yang membangun. Karena tujuan saya menulis adalah mendokumentasikan sesuatu yang saya anggap penting untuk dibagikan dan diabadikan.<br></p>
<p dir="ltr">Bagaimana kau akan memulai untuk menulis?<br></p>
<p dir="ltr">Seperti halnya saya menulis. Mula-mula anda akan memulai menulis tulisan-tulisan sederhana berupa catatan kehidupan yang anda alami, kemudian anda akan mulai menulis dengan hal-hal yang bersifat fantasi, fiksi, sampai akhirnya anda dapat menulis tulisan non fiksi yang membutuhkan data-data yang harus memiliki akurasi yang tinggi.<br></p>
<p dir="ltr"><b>Written</b> by : Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 19.56<br></p>
<p dir="ltr">Pekalongan, 19 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinHyesov7vmmPd1ZDvmsmWZcrXees_2fEeXU__NTlvpJ_I0khDBVe5YR3UjNhpqP3vXt3vOugGg4DNdnGoTtKJlvnheghhjxHmcXm69iI7sV24SSOYjvrqyDRdL1MqXkFHWaxnl05nswL4/s1600/IMG_20180119_HH0825.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinHyesov7vmmPd1ZDvmsmWZcrXees_2fEeXU__NTlvpJ_I0khDBVe5YR3UjNhpqP3vXt3vOugGg4DNdnGoTtKJlvnheghhjxHmcXm69iI7sV24SSOYjvrqyDRdL1MqXkFHWaxnl05nswL4/s640/IMG_20180119_HH0825.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-48213502176630610702018-01-18T16:45:00.001-08:002018-01-18T16:58:26.370-08:00Ketika Hidup Tak Berdampingan dengan Orang Lain<p dir="ltr">Setiap orang pasti pernah memikirkan untuk hidup jauh dari keramaian. Dengan alasan hidup jauh dari keramainan akan membuat hati lebih tentram dan terlepas dari cekcok dengan saudara maupun tetangga.<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Tak bisa dipungkiri, memang dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari masalah-masalah yang berhubungan dengan orang lain, entah karena saling iri, ataupun saling membela diri, karena salah seorang membuat kesalahan, atau hanya kesalahpahaman</p><p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Belum lagi jika salah satunya ada yang sangat sensitif terhadap hal-hal yang sedikit mengganggu ketenangannya, tentunya akan lebih sering cekcok, jika salah satunya tidak ada yang mau mengalah.<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Ya.. pada situasi tersebut biasanya timbul rasa ingin pergi ke tempat yang sunyi jauh dari tempat tinggalnya.<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Tapi sayangnya manusia adalah makhluk sosial. Dia pasti butuh orang lain. Hal ini sudah menjadi sunnatullah yang tak bisa dielakkan lagi. Kita tak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain.<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Coba kita renungkan. </p><p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Untuk menghilangkan dahaga, kita membutuhkan gelas dan air. Untuk membuat gelas, kira-kira berapa orang yang terlibat di dalamnya? <br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Dari mulai orang yang mencari bahan baku, orang yang yang mengolah dan memproduksi, serta orang yang mendistribusikan, kira-kira berapa orang? <br></p><p dir="ltr"><br></p>
<p dir="ltr">Belum lagi jika kita tidak membelinya secara langsung di tempat produsen berarti ada agen, ada sales, ada toko yang menampung, dst. Mungkin bisa jadi lebih dari seratus bahkan seribu orang yang terlibat di dalamnya.<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Ini masih gelas saja, untuk airnya?<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Jika mengambil dari sumur berarti yang terlibat adalah tukang gali sumur, produsen kluwung, produsen pompa air, dsb.<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Terlebih lagi jika dimasak menggunakan kompor, maka membutuhkan teko atau panci untuk memasaknya. Sampai situ sudah jelas hanya untuk meminum air saja kita membutuhkan ribuan orang. Itu artinya kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.<br></p>
<p dir="ltr"><i><br></i></p><p dir="ltr"><i>Ojo dumeh sugih, banjur lali karo wong liyo</i><br></p>
<p dir="ltr"><i><br></i></p><p dir="ltr"><i>Ojo dumeh alim, banjur ora butuhke wong liyo</i><br></p>
<p dir="ltr"><i><br></i></p><p dir="ltr"><i>Ojo dumeh sehat, banjur sak karepe dewe</i><br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Hidup tanpa orang lain tentunya akan membuat kita seperti hidup pada zaman dahula, zaman purbakala, atau zaman yang tak pernah ada. Karena Nabi Adam pun membutuhkan Siti Hawa.<br></p>
<p dir="ltr"><b><br></b></p><p dir="ltr"><b>Written by </b>: Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 07.41<br></p>
<p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr">Pekalongan, 19 Januari 2018</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjndE-VxmoVj2RsLZYz1C8oukv56LjlDkFT5s51ygM6PyzdsibqwJ0GCFb4A0vVHCHI4MMRvRwlG8CO03VCav4otSsvt2YWKZhBuQzD9iNCkPbELO-Qd0B78jUzSsVA1X2-VhY37FteWgsB/s1600/IMG_20180119_HH0509.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjndE-VxmoVj2RsLZYz1C8oukv56LjlDkFT5s51ygM6PyzdsibqwJ0GCFb4A0vVHCHI4MMRvRwlG8CO03VCav4otSsvt2YWKZhBuQzD9iNCkPbELO-Qd0B78jUzSsVA1X2-VhY37FteWgsB/s640/IMG_20180119_HH0509.png"> </a> </div>Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-35225316024036023622018-01-18T03:20:00.001-08:002018-01-18T03:20:27.336-08:00Part 2 - Maha Besar Allah yang Telah Menciptakan Dunia dan Seisinya<p dir=ltr>Memang hari ini adalah hari dimana aku bermimpi aneh lebih dari empat kali. Entah itu benar-benar mimpi atau itu bukan sebuah mimpi. Mau dikatakan mimpi, tapi aku benar-benar merasakan apa yang terjadi di dalam mimpi itu. Ketika berjalan, aku merasakan kaki ini berjalan di atas tanah. <br></p>
<p dir=ltr>Mau dikatakan bukan mimpi tapi orang orang yang ada di dalam mimpi adalah saudara-saudara dan teman-temanku. Itu adalah sangat mustahil jika dikatakan bukan mimpi. Entahlah itu mimpi atau bukan yang jelas hal itu terjadi dalam tidurku.<br></p>
<p dir=ltr>Mungkin aku tidak bisa bercerita satu persatu kejadian aneh atau mimpi yang terjadi sampai lebih dari empat kali dalam sehari. Aku hanya ingin melanjutkan cerita yang sempat ku potong pagi tadi.<br></p>
<p dir=ltr>***<br></p>
<p dir=ltr>Terlihat keramaian di sebuah sekolahan. Aku tidak tahu tempat aku berdiri saat itu, yang jelas di halaman sekolah terlihat kesibukan teman-temanku yang sedang mempersiapkan acara HUT RI. Jangan tanyakan HUT RI yang keberapa karena aku tidak menghiraukannya pada saat itu.<br></p>
<p dir=ltr>Aku bertemu teman yang sudah lama menghilang. Kini dia menjadi koordinator PASKIBRA, atau lebih tepatnya penanggungjawab pasukan bendera. Sekedar menyapa dan menanyakan kabar serta berbincang-bincang sebentar kemudian dia kembali sibuk dengan aktivitasnya mengatur posisi sesi pemotretan untuk kenang-kenangan. <br></p>
<p dir=ltr>Setelah selesai semuanya bubar sendiri-sendiri dan aku memilih untuk keluar dari halaman sekolah itu. <br></p>
<p dir=ltr>Aku berencana jalan-jalan melihat jalan raya depan sekolahan. Di sepanjang jalan terlihat ramai, kukira itu adalah acara besar semacam lomba tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dalam satu rangkaian acara.<br></p>
<p dir=ltr>Aku berjalan di sepanjang jalan yang ramai dipenuhi oleh peserta lomba dari berbagai macam institusi. <br></p>
<p dir=ltr>"Halo Nasih", terdengar suara orang memanggilku. Aku menengok ke kanan ke sumber suara. Aku sudah tidak asing dengan suara tersebut, suara milik temanku yang juga telah lama menghilang karena pindah kuliah. Alasan dia pindah adalah tidak cocok dengan studi yang sedang di jalani. Memang dari segi nilai tidak ada tanda-tanda dia menguasai studi yang dijalani saat itu. Banyak nilai yang hancur.<br></p>
<p dir=ltr>Dengan gugup dia memakai sepatu, sepertinya dia baru selesai sholat. Dengan langkah cepat dia menghampiriku dan bersalaman. Rasanya sangat senang sekali bisa bertemu dengan teman yang telah lama menghilang. Mungkin dulu seringkali aku membuat masalah, dia juga seringkali marah. Bahkan sampai sekarang pun ada sedikit masalah yang belum kuselesaikan. Semenjak perpisahan kami waktu itu.<br></p>
<p dir=ltr>Aku terbangun dari tidurku. Masih terasa pening kepalaku. Beberapa jurus kemudian aku sudah masuk ke dalam mimpiku selanjutnya. <br></p>
<p dir=ltr>Di mimpi ini aku berada di rumah, karena masih ada hajatan, banyak saudaraku yang datang untuk membantu. Alhasil setiap ruangan penuh dengan orang, tak terkecuali ruang yang satu ini, ruang berukuran lima meter persegi ini dijadikan tempat khusus untuk bayi dan balita. Mereka tidur berjejer layaknya pindang yang banyak dijual di pasar. Sesekali aku bermain dengan mereka yang belum tidur. <br></p>
<p dir=ltr>Tepat di paling ujung ruangan sebelah tangga, ada bayi yang terlihat aneh, di dalam mulutnya terdapat benda seperti lumpur berwarna hitam keungu-unguan. <br></p>
<p dir=ltr>Aku tidak terlalu memikirkan hal itu, aku menuju lantai satu melalui tangga yang ada di sebelahku. Di pertengahan tangga, tiba-tiba tangga itu berjalan, sehingga aku memutuskan turun melalui lemari dekat tangga dengan sedikit lompatan kecil.<br></p>
<p dir=ltr>Aku melihat di ruang sebelah masih ada kegiatan belajar-mengajar. Mereka tertawa kecil ketika melihatku turun melompat melalui lemari.<br></p>
<p dir=ltr>Aku terbangun, bertanya-tanya apa maksud dari mimpi-mimpi itu. Aneh tapi nyata walaupun terjadi di mimpi.<br></p>
<p dir=ltr>***<br></p>
<p dir=ltr>Ada satu mimpi lagi yang sangat menarik untuk saya ceritakan, tapi mimpi ini lebih panjang. Akan butuh waktu yang lebih lama lagi untuk membuatnya. Kapan-kapan kalau moodnya baik dan ada waktu serta nggak lupa, pasti akan saya tulis lagi dengan penggambaran yang lebih jelas lagi.<br></p>
<p dir=ltr>Untuk mimpi-mimpi yang saya ceritakan tadi sepertinya belum mampu menggambarkan alur mimpi dan suasana dalam mimpi yang saya alami.<br></p>
<p dir=ltr>Yang penting sekarang subscribe aja dulu biar nggak ketinggalan ceritanya :)<br></p>
<p dir=ltr>Semoga membuat anda bingung :v<br></p>
<p dir=ltr>Terima kasih :)</p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-35886446000886042832018-01-17T19:04:00.001-08:002018-01-17T19:04:41.551-08:00Maha Besar Allah yang Telah Menciptakan Dunia dan Seisinya<p dir=ltr>Pagi hari ini aku bangun tidur pukul 03.55 wib. Dengan mengucapkan syukur alhamdulillahilladzi ahyana ba'da ma amatama wailaihinnusyur. <br></p>
<p dir=ltr>Suasana masih hening. Belum terlihat adanya aktivitas manusia, benar-benar masih hening. <br></p>
<p dir=ltr>Beberapa menit kemudian, mulai terdengar "assalamualaik" dari speaker-speaker masjid. Aku langsung bergegas ke sumur untuk mengambil air wudhu di pancuran sebelah sumur. <br></p>
<p dir=ltr>Pancuran itu berasal dari kolam tampung berukuran kurang lebih 2 meter persegi. Pancuran dan kolam dibatasi oleh tembok setebal satu bata dengan penghubung pipa yang juga berfungsi sebagai pancuran.<br></p>
<p dir=ltr>Sedangkan kolam berfungsi sebagai penampung sekaligus pengendap air yang berasal dari sumur yang airnya kurang jernih. Penghubung sumur dengan kolam adalah pipa dengan pompa air listrik. <br></p>
<p dir=ltr>***<br></p>
<p dir=ltr>Aku sholat Isya terlambat karena aku tidak sholat sebelum tidur. Selesai sholat aku berdzikir sembari menunggu waktu shubuh.<br></p>
<p dir=ltr>Dalam berdzikir aku merasa tenang, hati ini merasa tentram. Mungkin karena suasana masih hening, atau aku yang sudah jarang berdzikir. Entahlah yang jelas aku merasa sangat menikmati suasana itu.<br></p>
<p dir=ltr>Adzan subuh berkumandang. Aku berhenti berdzikir dan khidmat mendengarkan adzan serta menjawabnya. Dari dulu aku suka mendengarkan suara adzan yang paling dekat dari tempat kediamanku, atau adzan yang paling pertama. Aku tidak memandang apakah itu dari masjid dari ormas islam yang ku ikuti ataupun ormas-ormas yang tidak aku ikuti. <br></p>
<p dir=ltr>Aku lebih bersikap netral, tidak seperti sebagian orang yang terlalu fanatik dengan ormasnya. Bahkan gara-gara perbedaan ormas pernah terjadi tawuran. Kebetulan tempat tinggalku adalah perbatasan wilayah antara ormas satu dengan ormas lainnya. Sehingga ketika tawuran terjadi tidak terjadi hal-hal yang merugikan di rumah yang kutempati. Mungkin karena masih ada hubungan sosialisasi yang terjalin setiap harinya.<br></p>
<p dir=ltr>Tidak bisa dipungkiri bahwa kebencian mungkin ada, tapi setidaknya kebencian itu tidak sebesar kebencian mereka yang jarang bersosialisasi ataupun yang sama sekali tidak pernah bersosialisasi antara kedua kubu tersebut. Doktrin-doktrin kebencian berterbaran dimana-mana. Semua orang terkena doktrin kebencian tersebut, baik kubu A ataupun kubu B, termasuk aku yang saat itu masih kecil masih anak-anak.<br></p>
<p dir=ltr>Dari doktrin kebencian tersebut, situasi semakin memanas, bahkan ada kejadian yang paling naas yaitu penyiksaan dan penghinaan tempat suci. Sungguh sangat tragis kejadian itu, entah siapa penyebar doktrin semacam itu samar, tajam, bahkan mungkin mematikan.<br></p>
<p dir=ltr>Seusai kumandang adzan selesai, aku langsung sholat shubuh. <br></p>
<p dir=ltr>Aku lebih nyaman sholat di rumah dari pada di masjid. Entah apa alasanku sehingga hatiku belum tertarik untuk sholat di masjid. Mungkin karena trauma masa lalu - diusir oleh pengurus karena terlambat datang ke masjid, atau karena kesibukanku di kampus yang melupakanku pada masjid, atau karena aku takut dianggap orang terlalu alim banyak orang yang memuji - sehingga aku lupa diri, atau karena aku telah terlena oleh rayuan iblis yang menghalang-halangiku untuk sholat di masjid, ataupun alasan-alasan lain yang hanya kujadikan alibi saja untuk tidak sholat di masjid.<br></p>
<p dir=ltr>Selesai sholat aku kembali ke kamar untuk melanjutkan menulis cerita yang belum sempat terselesaikan. Memang cerita itu rencananya akan kubuat panjang sepanjang novel. Tapi entah kenapa rasa kantuk, kepala pening datang secara tiba-tiba. Sejurus kemudian aku sudah memejamkan mata, tertidur, dan masuk dalam dunia baru, dunia aneh yang sering kuceritakan pada sahabatku yang juga tau dunia itu dan juga ke adek yang bukan siapa-siapaku.<br></p>
<p dir=ltr>Tapi sekarang adekku sudah risih dengan cerita-cerita dunia baru yang aneh ini. Mungkin dia setengah percaya, atau dia sudah bosan mendengarnya. Atau mungkin dia tidak pernah mengalami hal itu sendiri, sehingga dia menganggap tak terlalu penting untuk diceritakan. <br></p>
<p dir=ltr>Sahabatku sendiri, aku hanya bercerita ketika bertemu saja, butuh waktu seminggu untuk menunggunya.<br></p>
<p dir=ltr>Ada satu orang lagi yang juga biasa kujadikan tempat untuk curhatan yaitu pacarku. Hmm.. sebenarnya mungkin dia bukan pacarku, tapi pernah suatu hari aku dengan sadar mengatakan bahwa aku sayang kepadanya. Dan diapun memang berharap padaku, bahkan dia tak percaya ketika aku mengatakan hal itu.<br></p>
<p dir=ltr>Tapi sayangnya sekarang aku sudah jauh dengan pacarku, nomor hp pun aku tidak punya. Sebenarnya setiap saat aku bisa datang ke rumahnya, karena aku pernah menanyakannya dan dia mempersilahkannya. Tapi dengan berbagai pertimbangan, aku selalu memilih untuk tidak datang ke tempatnya, selain dia sibuk dengan urusannya, sekarang dia juga sudah menjalankan bisnis beberapa bulan yang lalu. Itulah yang selalu membuatku mengurungkan niat untuk mengunjunginya<br></p>
<p dir=ltr>***<br></p>
<p dir=ltr>Banyak orang yang terlihat sibuk menyiapkan berbagai macam peralatan untuk memasak dan tak ketinggalan bumbu-bumbunya. Tempat kediamanku ini berisi banyak orang yang berlalu lalang sibuk mempersiapkan acara hajatan pernikahan. Aku masih berada di kamar memperhatikan aktivitas mereka. <br></p>
<p dir=ltr>Aku merasa sudah saatnya harus sholat maghrib, dan kebetulan wudhuku belum batal. Seperti biasa, aku sholat di sembarang tempat yang kuanggap suci. Tapi entah kenapa ketika mau sujud tiba-tiba saja di depanku ada kursi yang menghalangiku untuk sujud. <br></p>
<p dir=ltr>Aku memutuskan membatalkan sholat dan menuju ke pasholatan (tempat sholat di rumah). Sebelum sampai di pasholatan aku meludah di tanah yang ada di dalam rumah. Aku kaget dan terbangun dari mimpi aneh itu. <br></p>
<p dir=ltr>Kuambil ponsel di sampingku, belum ada pemberitahuan chat yang masuk. Kepalaku masih terasa pening. Beberapa saat kemudian aku sudah terbawa masuk ke mimpi aneh sebelumnya dan melanjutkan mimpi aneh tersebut.<br></p>
<p dir=ltr>Aku masih bingung kenapa mimpi itu masih berlanjut sampai tiga kali terbangun dari mimpi itu.<br></p>
<p dir=ltr>Bagaimana kelanjutan ceritanya? Apa yang saya alami di mimpi kedua ini?<br>
Dan siapakah orang yang berada di mimpi-mimpiku itu? <br></p>
<p dir=ltr>Nantikan jawabannya di cerita selanjutnya :)<br></p>
<p dir=ltr>Jangan lupa subscribe dengan memasukkan email di kolom berlangganan yang sudah saya sediakan. <br></p>
<p dir=ltr>Untuk yg menggunakan pc/komputer/laptop dan sejenisnya, kolom berlangganan ada di kanan postingan ini. Dan untuk yang menggunakan ponsel tablet kolom berlangganan ada di bawah postingan ini.<br></p>
<p dir=ltr>Terima kasih semoga bermanfaat :)</p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-14331112017250756092018-01-17T03:19:00.001-08:002018-01-17T03:19:25.397-08:00Ketika Berada di Luar Kuasa Tuhan<p dir=ltr>Pikiran terus bekerja keras untuk menemukan berbagai cara untuk mencari solusi di setiap masalah yang datang. Seakan-akan pikiran lebih bisa diandalkan sebagai kekuatan utama dalam mencari jalan keluar yang tepat. Semua usaha itu terus dilakukan sampai batas maksimal. Namun yang terjadi adalah kehampaan, tak ada sedikitpun titik terang yang muncul sekalipun itu sekecil atom.<br></p>
<p dir=ltr>Ternyata pikiran tidak mampu untuk mewujudkan impian-impian yang selalu datang ketika malam datang. Pikiran mempunyai titik batas maksimal dimana pikiran akan mengalami drop sehingga benar-benar tidak bisa untuk berpikir tenang bahkan hanya membuat malang melintang tak karuan.<br></p>
<p dir=ltr>Di Luar Kuasa Tuhan? Itu sungguh mustahil untuk dilakukan.<br></p>
<p dir=ltr><b>Written by</b> : Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 18.18 WIB<br></p>
<p dir=ltr>Pekalongan, 18 Januari 2018</p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-66505291572784548232018-01-14T16:55:00.001-08:002018-01-14T16:55:24.640-08:00Selembar Puisi untuk Muhammad Dambaan Hati<p dir=ltr><b>Sosok Muhammad Sang Penenang Jiwa Sang Pengluluh Hati</b><br></p>
<p dir=ltr>Aku begitu merasakan kehadiranmu di sela-sela tangisanku<br></p>
<p dir=ltr>Aku begitu nyaman di saat kau datang memelukku<br></p>
<p dir=ltr>Aku sangat merindukanmu wahai Muhammad sang pujaan hatiku<br></p>
<p dir=ltr><b>Muhammad sang penakluk alam</b><br></p>
<p dir=ltr>Engkaulah mimpi indahku, sungguh aku sangat merindukan kehadiranmu<br></p>
<p dir=ltr>Tanpamu, aku bagaikan anak kecil yang tak tau jalan, aku pun kebingungan<br></p>
<p dir=ltr>Tanpamu aku sulit untuk mempercayai orang, atau bahkan aku memilih untuk diam<br></p>
<p dir=ltr>Sungguh aku sangat merindukanmu <b>wahai Muhammad sang penyayang</b><br></p>
<p dir=ltr>Kehadiranmu sungguh membuat seluruh penghuni alam tersenyum tenang<br></p>
<p dir=ltr>Kehadiranmu bagaikan udara sejuk yang nikmat untuk dirasakan dan mampu menyuburkan tanah yang gersang.<br></p>
<p dir=ltr>Kehadiranmu membuat hati jenuh menjadi luluh, hati yang kotor menjadi jernih, perasaan yang bimbang menjadi tenang<br></p>
<p dir=ltr><b>Wahai Muhammad Sang Pengasih lagi Penyayang</b><br></p>
<p dir=ltr>Engkaulah harapan masa depan, semoga engkau senantiasa di beri ketenangan<br></p>
<p dir=ltr>Sholawat dan salam selalu aku sampaikan semoga engkau tak merasa bosan<br></p>
<p dir=ltr>Wahai Muhammad yang selalu aku dambakan.<br></p>
<p dir=ltr><b>Written by </b>: Much. Nasih Amin<br>
<b>At </b>: 07.51 WIB<br></p>
<p dir=ltr>Pekalongan, 15 Januari 2017</p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1524856464439582196.post-77683978082849216632018-01-12T16:21:00.001-08:002018-01-12T16:21:58.626-08:00Ujian Kesabaran untuk Sang Pujaan<p dir=ltr>Pagi ini aku sudah dituntut untuk sabar, menunggu antrian untuk beli sesuap nasi karena harus menuruti permintaan ortu. Kulihat orang-orang berdatangan, mereka juga sama sepertiku, harus mengantri diantara ibu-ibu.<br></p>
<p dir=ltr>Mungkin jika aku harus mengantri saja, tidak masalah bagiku. Tapi pagi itu yang terjadi semua orang yang baru datang dengan seenaknya mendahuluiku. Aku adalah satu-satunya laki-laki dari sekian banyak ibu-ibu, tentunya aku tidak bisa bergerak lebih leluasa, untuk berbicara pun aku enggan dan aku memilih untuk menunggu.<br></p>
<p dir=ltr>Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kali. Kejadian seperti ini banyak ku alami dulu ketika masih duduk di bangku sekolah, itulah yang sampai saat ini menjadi alasanku malas ketika di suruh untuk mengantri membeli sesuap nasi di pagi hari. Bukan karena aku tidak mau, tapi aku masih trauma dengan masa laluku.<br></p>
<p dir=ltr>Dulu ketika aku terpaksa harus membeli, maka aku lebih suka memilih warung yang sepi untuk menghindari antrian yang panjang dan menjengkelkan. Aku jadi terbayang bagaimana aku saat itu yang masih seorang bocah. Keluar rumah penuh dengan kekesalan, kemudian sampai warung harus mengantri tapi tak diperhatikan, dan penjuaĺ itu bilang yang ingin kubeli sudah habis.<br></p>
<p dir=ltr>Aku hanya kaget bercampur marah, kesal dan pergi meninggalkan warung itu dengan berlarian sambil menangis sesengukan. Bukan hanya perlakuan penjual saja yang membuatku menangis, tapi bayang-bayang keterlambatan masuk kelas juga membuatku sakit.<br></p>
<p dir=ltr>Aku benar-benar tidak tahu perasaanku saat itu, seorang anak kecil yang seharusnya tidak memikirkan masalah-masalah seperti itu, tapi aku dipaksa memikirkannya. Tapi sekarang aku sangat bersyukur dengan kejadian masa lalu itu, karena itu artinya pelajaran kehidupan sudah tertanam sejak masa kecilku. Pelajaran itu mungkin tidak didapatkan oleh teman-temanku waktu itu.<br></p>
<p dir=ltr>Mungkin saat ini ada sedikit rasa penyesalan di hatiku, entah karena tidak bisa bersikap seperti halnya teman-temanku, atau aku merasa sedikit terbelenggu dengan kesabaranku. Tapi di sisi lain mungkin aku harus bersyukur karena Sang Maha Pengasih telah memberiku sebuah perisai kesabaran yang begitu indah dan mampu menahan setiap gempuran anak panah kebatilan.<br></p>
<p dir=ltr>Memang sangat terasa aneh, tapi aku sunggu sangat menikmatinya. <br></p>
<p dir=ltr>"Cerita tentang antrian ibu-ibu ini adalah sebuah jalan yang menghubungkan antara aku dan tulisan. Cerita ini mampu membuatku flashback ke 10 tahun lalu."<br></p>
<p dir=ltr>Salam hangat dari saya untuk sahabatku tercinta :)<br></p>
<p dir=ltr><b>Written by </b>: Much. Nasih Amin<br>
<b>At</b> : 07.06</p>
<p dir=ltr>Pekalongan, 13 Januari 2018</p>
Much. Nasih Aminhttp://www.blogger.com/profile/14618114267061485253noreply@blogger.com