Setiap orang mempunyai rencana sendiri, satu dengan lainnya tentu akan berbeda. Si A mempunyai rencana ini dan Si B memiliki rencana itu. Terkadang satu sama lain bisa saling melengkapi, tetapi tak sedikit pula yang saling berseberangan.
Suatu rencana yang sudah dipikir secara matang eloknya segera diaktualisasikan karena semakin banyak berpikir semakin banyak pula keraguan. Semakin banyak masukan bisa semakin matang tetapi jika salah tempat curhatan bisa menjadi ancaman kehancuran dari sebuah harapan.
Suatu ketika saya mempunyai rencana usaha kecil-kecilan. Semua itu berawal dari ide-ide rancangan membuat step by step usaha dari a sampai z. Begitu rencana itu sudah matang, saya menawarkan kepada 3 orang teman (sebutlah si a si b dan si c) untuk mengumpulkan modal 100rb/ orang saja untuk memulai usaha itu.
Penawaran itu saya ajukan karena saya sangat yakin dalam waktu yang singkat akan membuahkan hasil, karena dalam percobaan saya menemukan sebuah peluang dan progress yang bagus.
Tapi tahukah Anda? Ternyata dari ke 3 teman saya itu tidak ada yang merespon dan acuh dengan penawaran tersebut.
Karena saya sudah mempunyai riset yang cukup, maka saya menjalankan usaha tersebut dengan tekun.
Selang beberapa bulan dari awal mulai usaha, yang sebelumnya saya mulai dengan tanpa modal, akhirnya terkumpul modal dan mulai menyetok barang sendiri.
Mereka yang melihat perkembangan itu hanya bisa angkat topi dan terheran-heran melihat kemajuan usaha saya. Di saat itu saya masih menawarkan penawaran yang sama. Tetapi mereka belum menunjukkan antusiasnya untuk ikut memulai usaha ini.
Setahun berjalan ternyata usaha saya semakin berkembang pesat tahun pertama di rumah saya sudah ramai orang berlalu lalang mengantarkan barang dan membeli barang. Si A yang melihat perkembangan itu semakin terpana, saya sudah tidak lagi menawarkan kerja sama seperti di awal, tetapi ruang belajar masih saya buka lebar-lebar. Si A mulai tergiur tetapi belum memperlihatkan keniatan untuk belajar, bahkan si b dan si c justru tidak ada lagi kabarnya karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Tahun kedua usaha saya semakin berkembang pesat, karena mendapatkan partner dalam usaha (sebutlah si D). Si D ini sangat semangat untuk belajar usaha dan pantang menyerah. Pada pertengahan tahun kedua ada teman lain (sebutlah si E) yang ingin belajar usaha, datang ke rumah saya dan berdiskusi tentang usaha yang akan dimulainya.
Pada dasarnya si E adalah orang yang tekun dan telaten dalam segala hal yang sedang ditekuni.
Pada akhir tahun kedua, usaha saya yang disokong partner dengan modal 20jt mendapatkan keuntungan ratusan juta dalam setahun.
Dan saya mendapat kabar, si E yang baru 6 bulan berjalan sudah mendapatkan laba bersih lebih dari 70jt.
Berbeda dengan si A, dia yang mengabaikan peluang hingga sampai saat tulisan ini dibuat hanya bisa melongo saat saya menceritakan hasil usaha saya selama setahun terakhir dan lebih melongo lagi mendengar kabar bahwa si E yang baru 6 bulan berjalan sudah mendapatkan hasil puluhan juta.
- Ada juga cerita menarik yang masih berkaitan dengan cerita ini.
3 tahun sebelumnya, saya pernah mempunyai ide usaha lain yang menurut saya sangat prospek untuk dijalankan. Setiap hari saya belajar untuk mendalami usaha tersebut.
Beberapa kali saya menceritakan ide tersebut dengan si A (orang yang sama dengan cerita di atas). Tetapi respon si A ini sangat tidak mengenakkan karena menyepelekan apa yang saya anggap bernilai.
Karena si A selalu melihat saya setiap hari melakukan pekerjaan yang ia anggap tidak prospek, suatu ketika dia mengatakan kalau usaha itu halu. Bahkan pernyataan itu membuat saya menangis. Tak habis pikir orang yang sedekat itu dengan saya bahkan saya anggap sahabat justru mengejek saya secara terang-terangan, tentu sangat sakit mendengar pernyataan itu.
Waalupun begitu saya tetap menjalani usaha itu hingga 3 tahun sekalipun belum membuahkan hasil. Tahun terakhir sebelum saya beralih ke usaha yang lain proses 3 tahun sudah mulai membuahkan hasil sekalipun belum sesuai harapan. Dari hasil itu setidaknya beberapa kali cukup untuk membiayai administrasi kuliah.
Si A yang tadinya meremehkan jadi lebih menghargai walaupun belum sepenuhnya menghargai. Hingga pada usaha yang sekaranglah si A baru mengakui kalau saya hebat karena bisa berjuang dari nol, hingga mendapatkan hasil yang luar biasa menurutnya.
Usaha yang sekarang tentu tidak akan berkembang pesat jika tidak pernah merasakan perjuangan selama 3 tahun yang tak membuahkan hasil, karena ternyata ilmu yang didapatkan selama 3 tahun itulah yang sangat menjadi penunjang berjalannya usaha yang sekarang.
-----
Dari cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa apapun usahanya jika dilakukan dengan tekun maka akan membuahkan hasil yang maksimal. Peluang terkadang menghampiri kita, tetapi terkadang kita tidak menyadarinya, sadar-sadar peluang itu sudah diambil orang. Peluang bisa kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang cepat dan maksimal.
Caci maki orang lain terkadang justru membuat kita semakin kuat dan berani menghadapi segala tantangan dan rintangan dalam meraih kesuksesan.
Kita tidak akan bisa sukses hanya dengan mencaci dan memaki tanpa beraksi.
----
Semoga tulisan ini bisa membuka mata Anda untuk semangat menggapai cita-cita dan harapan mulia.
~Munasam